Ini Alasan Nelayan Anambas Masih Gunakan Pancing Ulur

Pemandangan Laut Tarempa, Kecamatan Siantan dan Pompong Nelayan Saat Berlabuh (Foto: Pinni)

ANAMBAS| Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi perikanan yang sangat besar.

Lebih dari 98% luas Kabupaten Kepulauan Anambas adalah lautan dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dan terdapat 255 pulau.

Diketahui nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas dari dulu hingga sekarang masih menggunakan alat penangkapan ikan yang paling ramah lingkungan, yaitu dengan cara pancing ulur. Sehingga hasil tangkapan nelayan Anambas selalu kalah dengan kapal-kapal ikan dari luar daerah yang sudah menggunakan alat penangkapan ikan yang lebih moderen seperti pukat cincin (pukat mayang), jaring berkantung dan lain sebagainya.

Bacaan Lainnya

Dari sisi ukuran armada kapal penangkapan ikan, nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas menggunakan kapal ikan atau lebih dikenal dengan sebutan pompong itu mayoritas berukuran 1-6 GT.

Walaupun dengan ukuran kecil, nelayan Anambas sudah terbiasa mengarungi laut Natuna Utara sampai perbatasan negara.

Menurut salah tokoh nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas, alasan nelayan masih mempertahankan pancing ulur adalah pesan nenek moyang terdahulu untuk menjaga ekosistem sumber daya ikan.

“Orang tua kita dahulu selalu berpesan agar tidak menggunakan alat tangkap yang merusak, termasuk jaring, jadi itu selalu kita ingat,” kata Tarmizi AJ yang juga sebagai Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas kepada zonasidikcom, Sabtu (13/3/2021).

“Apa yang kita nikmati hari ini, kita bertanggungjawab untuk memastikan anak dan cucu kita seterusnya menikmati juga,” sambungnya.

Diusia yang sudah tua, Tarmizi masih optimis bahwa sektor perikanan akan mewujudkan kesejahteraan daerah kalau dikelola dengan maksimalkan dan benar.

Terkait persaingan nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas dengan nelayan dari luar daerah, Tarmizi tidak membatah bahwa nelayan Anambas kalah dalam hasil tangkapan.

Menurut Tarmizi, bukan berarti nelayan Anambas tidak mau menggunakan alat penangkapan ikan yang lebih moderen.

“Kalau alat tangkap ikan tersebut ramah lingkungan dan ditambah hasil tangkapan meningkat tentu kita terima, yang tidak diterima itu alat tangkap ikan yang merusak dan wilayah beroperasi dekat dengan pulau,” terangnya.

Untuk itu, Tarmizi berharap pemerintah fokus di sektor perikanan sehingga pontensi laut bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan nelayan dan berdampak kepada kesejateraan masyarakat secara umumnya.

Editor | Pinni


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *