Frasa Berdasarkan Kategori Kelas Kata Pada Cerpen “Rindu yang Terlalu” Karya Arswendo Atmowiloto

OlehAbelia Aisyah, Evie Mudawanah, Nur Ayu Widya Saraswati, Siti Rosihoh, Zuraidah Mahasiswi pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan jenis frasa dalam sebuah karya sastra. Sebagai salah satu cabang ilmu linguistik, sintaksis menjadi bagian media penyampaian bahasa secara keseluruhan bentuk kata dan kalimat bahasa. Tentunya sintaksis memiliki sistem yang kompleks mengenai tata kata dan kalimat dengan segala permasalahannya. Salah satu yang menjadi sorotan peneliti adalah mengenai persoalan jenis penggunaan frasa dalam karya sastra. Peneliti tertatik melakukan penelitian frasa dalam cerpen “Rindu Yang Terlalu” karya Arswendo Atmowiloto. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik catat. Data yang terdapat pada cerpen ditemukan dicatat untuk selanjutnya dilakukan proses analisis data. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi lima golongan, yaitu frase nomina, frase verba, frasa adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frasa preposisi. Data berjumlah 30 temuan dari cerpen Rindu Yang Terlalu. Melalui penelitian tersebut, peneliti berhasil menemukan  penggunaan frasa nomina sebanyak 7 temuan dengan persentase 23%, penggunaan frasa verba sebanyak 6 temuan dengan persentase 20%, penggunaan frasa adjectiva sebanyak 4 temuan dengan persentase 13%, penggunaan frasa numeralia sebanyak 5 temuan dengan persentase 17%, penggunaan frasa adverbia sebanyak 3 temuan dengan persentase 10%, dan penggunaan frasa preposisi sebanyak 5 temuan dengan persentase 17%.

Bacaan Lainnya

Kata kunci: Frasa, frasa nomina, verba, adjectiva, numeralia, adverbial, preposisi

ABSTRACT

This article aims to identify the use of this type of phrase in a literary work. As a branch of linguistics, syntax is part of the medium for delivering language as a whole in the form of words and sentences of the language. Of course, syntax has a complex system of grammar and sentences with all its problems. One of the highlights of the researcher is the issue of the type of use of phrases in literary works. The researcher is interested in researching phrases in the short story “Rindu Yang Too” by Arswendo Atmowiloto. In this study, researchers used qualitative research methods with note-taking techniques. The data contained in the short stories found was recorded for further data analysis. Based on the distribution equation with word groups or categories, phrases can be classified into five groups, namely noun phrases, verb phrases, adjective phrases, numeral phrases, adverb phrases, and prepositional phrases. The data are 30 findings from the short story Rindu Yang Too. Through this research, the researcher succeeded in finding the use of noun phrases as many as 7 findings with a percentage of 23%, the use of verb phrases as many as 6 findings with a percentage of 20%, the use of adjective phrases as many as 4 findings with a percentage of 13%, the use of numeral phrases as many as 5 findings with a percentage of 17% , the use of adverb phrases as much as 3 findings with a percentage of 10%, and the use of prepositional phrases as many as 5 findings with a percentage of 17%.

Keywords: Phrases, noun phrases, verbs, adjectives, numerals, adverbs, prepositions

PENDAHULUAN 

Menurut Izza dkk (2018: 236), Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa.Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.Sintaksis secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa.Selain itu sintaksis mempelajari hubungan gramatika di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat.

Sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya (Abdul Chaer, 2012: 206).

Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.

Frasa adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau lebih yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks).Singkatnya frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat (Izza dkk, 2018: 237).

Frase berdasarkan kategori kelas katanya terbagi menjadi lima golongan, yaitu frase nomina, frase verba. frase adjectiva, frase numeralia, dan frase adverbia. Frase nomina memiliki distribusi yang sama dengan kata golongan nomina, frase verba mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba, frase adjectiva mempunyai distribusi yang sama dengan kata adjectiva, frase numeralia mempunyai distribusi yang sama dengan kata numeralia, dan frase adverbia mempunyai distribusi yang sama dengan kata adverbia. Di samping itu, ada frase yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan golongan kata, yaitu yang disebut frase preposisi atau frase depan, sehingga seluruhnya terdapat enam golongan frase, yaitu frase nomina, frase verba, frase adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frase preposisi ( Ramlan, 2005:145).

Salah satu karya sastra yang digemari untuk dibaca yaitu cerpen, sebab cerita yang terdapat dalam cerpen cenderung lebih pendek dan mudah dipahami serta bahasanya menarik. Kelebihan cerpen bersifat kronologis dan mengandung sebuah arti.

Seperti yang di katakan Sumardjo (dalam Sari, 2015: 1) menjelaskan bahwa sebuah cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan kesatuan bentuk utuh manunggal, tak ada bagian-bagian yang tak perlu tetapi juga tak ada sesuatu yang terlalu banyak, semuanya pas, integral dan mengandung suatu arti. Cerpen harus memberikan gambaran sesuatu yang tajam. Inilah kelebihan bentuk cerpen dari novel. Cerpen menarik untuk dianalisis sebab di dalam cerpen diceritakan realita kehidupan dalam masyarakat. Selain itu cerpen mudah dipahami bahasanya maupun jalan ceritanya. Cerpen terdapat kalimat yang menjelaskan jenis-jenis frase. Frase juga menduduki unsur kebahasaan setelah kata.

Dalam berbagai batasan para ahli, frasa selalu didefinisikan sebagai aturan bahasa yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi enam golongan, yaitu frase nomina, frase verba, frase adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frase preposisi. (Ramlan, 2005: 145). Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis. Misalnya banyak yang sering mempermasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakan dan ada yang mengatakan keduanya itu sama. Maka, peneliti memilih cerpen Rindu yang Terlalu karya Arswendo Atmowiloto. Cerpen tersebut termasuk cerpen yang menarik dibaca oleh para pembaca maka oleh 45 penulis Gramedia Pustaka Utama memilih cerpen ini dan 44 cerpen menarik lainnya untuk dijadikan satu buku dan hadiah dalam merayakan ulang tahun PT Gramedia. Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud menganalisis frasa-frasa apa saja yang digunakan dalam cerpen, dengan judul “Frasa Berdasarkan Kategori Kelas Kata Pada Cerpen “Rindu Yang Terlalu” Karya Arswendo Atmowiloto”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data tulisan berupa cerpen yang berjudul “Rindu Yang Terlalu”. Langkah-langkah yang kami lakukan untuk memperoleh korpus data yaitu dengan menggunakan analisis setiap kalimat pada cerpen yang didukung dengan teknik lanjutan, yakni teknik catat yang berfungsi untuk melakukan pencatatan data yang telah diperoleh. Setelah dicatat, data tersebut diseleksi berdasarkan penggunanaannya. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen Rindu Yang Terlalu karya Arswendo Atmowiloto. Data yang dipilih adalah kalimat atau klausa yang memenuhi frasa nomina, verba, adjectiva, numeralia, adverbia, dan preposisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Menurut Kirk dan Miller (dalam Izza dkk, 2018: 237) mengemukakan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Setelah  dilakukan  analisis data maka diperoleh hasil berupa deskripsi kualitatif.

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis data-data yang mengandung bentuk frasa berdasarkan kategori kelas kata dalam cerpen Rindu Yang Terlalu. (2) Mengidentfikasi data-data yang mengandung makna frasa  berdasarkan kategori kelas kata dalam cerpen Rindu Yang Terlalu. (3) Memberikan simpulan data berdasarkan analisis frasa  berdasarkan kategori kelas kata dalam cerpen Rindu Yang Terlalu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini penulisan dapatkan dari hasil pengamatan, analisis secara intensif dari cerpen “Rindu Yang Terlalu”. Data tersebut berasal dari kutipan cerita dari cerpen tersebut. Dasar Pengambilan data penulis menggunakan teori milik Ramlan (2005: 145) yang mengemukakan bahwa berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi lima golongan, yaitu frase nomina, frase verba, frasa adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frasa preposisi. Data berjumlah 30 temuan dari cerpen “Rindu Yang Terlalu”. Di bawah ini merupakan data hasil penelitian kategori kelas frasa pada cerpen “Rindu Yang Terlalu”.

Untuk mengidentifikasi frasa berdasarkan kategori kelas kata dalam setiap klausa atau kalimat, digunakan tabel yang terdiri atas beberapa kolom: satu kolom untuk nomor temuan, satu kolom untuk temuan penelitian, dan kolom untuk frasa berdasarkan kategori kelas kata yang terdiri dari frase nomina, frase verba, frasa adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frasa preposisi. Dengan demikian tidak ada satu pun satuan sintaksis dalam setiap klausa yang tidak tertampung dalam tabel analisis ini. Di bawah ini adalah analisis frasa berdasarkan kategori kelas kata.

Tabel 1

Data Penelitian dan Jumlah Temuan Frasa Berdasarkan Kategori Kelas Kata Pada Cerpen Rindu Yang Terlalu

 

No.

 

 

Temuan Penelitian

Frasa Berdasarkan Kategori Kelas Kata
Frasa Nomina Frasa Verba Frasa Adjectiva Frasa Numeralia Frasa Adverbia Frasa Preposisi
1. Sebab bagi Sab, berahi lebih aktif, lebih dinamis, lebih jelas tujuan dan maunya.  

 

2. Ming terperangah, pipinya memerah, dan merasa jengah, napasnya sedikit terengah, lalu berubah haru.  

 

 

3. Tak sampai diadili karena dalam tahanan ayah menderita stroke berat, tak bisa menggerakkan anggota badannya.  

 

4. Kalaupun selalu meneteskan air liur, itu bukan kemauannya.  

5. Kalaupun selalu meneteskan air liur, itu bukan kemauannya.  

6. Ketika dihadirkan di pengadilan, banyak yang kasihan dan jijik melihat seorang lelaki yang selalu berliur.  

 

 

 

 

7. Sepuluh tahun lalu, Sab tak begitu peduli siapa Ming. Tapi diam-diam ia berterima kasih pada Ming, karena ayahnya mengakhiri karier perkawinannya.  

 

 

 

8. Karena selama ini ayahnya yang meninggalkan, meskipun tidak sepenuhnya meninggalkan.  

 

 

9. Sab berakhir di rumah sakit dan diharuskan memakai pen dalam sambungan tulang-tulang kaki juga tangannya.  

 

 

10. Baru tujuh bulan lalu mereka bertemu.  

11. Ia minta maaf, bersedia mengganti kerugian, dan mengatakan sedang tergesa karena harus menemui seorang penting di gedung itu.  

 

 

12. Lalu Sab banyak bertanya, menggagumi, dan mengatakan dirinya masih lajang.  

 

13. Ia mengirimkan hujan, yang seperti air mata tangisan.  

14. “Mereka abadi sebagai sepasang kekasih, ibarat sepasang rel yang selalu berdampingan, di mana pun berada”.  

 

15. “Itu biasa, semua yang akan menikah dilanda keraguan,” kata Sab menghibur, sekaligus memberikan jalan keluar.  

 

 

16. Terharu karena dalam usianya sekarang ini masih ada pemuda lajang.  

 

17. Namun bagi Sab, rindu seperti tak ada artinya.  

18. Dengan begini, rinduku padamu adalah rindu abadi.  

19. Empat puluh tahun berlalu, kalau dihitung sejak pertama kali bertemu, mereka berdua kembali bertemu, di suatu reuni para pelatih senam.  

 

 

20. Ming merasa senang karena dikenali, karena Ming merasa tubuhnya mekar, rambutnya seperti mawar putih , tawanya lebih lebar, dan susah menahan pipis seperti juga mudah menangis, gemetar, tapi tidak gusar ketika Sab memeluk tak sabar.  

 

 

 

 

 

21. Ming merasa senang karena dikenali, karena Ming merasa tubuhnya mekar, rambutnya seperti mawar putih , tawanya lebih lebar, dan susah menahan pipis seperti juga mudah menangis, gemetar, tapi tidak gusar ketika Sab memeluk tak sabar.  

 

 

 

 

 

 

22. Saya membuat tempat senam, agar bisa bertemu denganmu.  

23. Kalau kita bisa merasakan setiap detik adalah rindu, dan kita mengalami bersama, kenapa harus dihentikan?  

 

 

24. Ming juga berharap bertemu, setidaknya setahun sekali, karenanya ia datang ke makam ayah.  

 

25. Waktu itu secara mendadak hujan turun sangat deras.  

 

 

26. Ia baru akan menggeser saat matahari terbit.  

 

27. Sab mengatakan bahwa kini ia memakai gigi palsu.  

28. Ia ingin membuktikkan rindu itu dalam pernikahan resmi.  

 

29. Lalu Sab banyak bertanya, menggagumi, dan mengatakan dirinya masih lajang.  

 

30. Ming juga berharap bertemu, setidaknya setahun sekali, karenanya ia datang ke makam ayah Sab.  

 

 

Jumlah 7 6 4 5 3 5

 

Berdasarkan pada tabel temuan berupa frasa berdasarkan kategori kelas kata pada cerpen yang berjumlah 30 temuan dalam cerpen “Rindu Yang Terlalu”, maka pada bagian ini akan dijelaskan secara deskriptif kutipan cerpen yang mengandung frasa berdasarkan kategori kelas kata yaitu frase nomina, frase verba, frasa adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frasa preposisi.

Penafsiran dan Uraian Penelitian

Berdasarkan pada tabel temuan berupa frasa berdasarkan kategori kelas kata pada cerpen yang berjumlah 30 temuan dalam cerpen “Rindu Yang Terlalu”, maka pada bagian ini akan dijelaskan secara deskriptif kutipan cerpen yang mengandung frasa berdasarkan kategori kelas kata yaitu frase nomina, frase verba, frasa adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frasa preposisi.

Frasa Nomina

Terdapat 7 kutipan yang terdapat frasa nomina (benda) yaitu sebagai berikut.

a.  Ia mengirimkan hujan, yang seperti air mata tangisan.

Frase air mata tangisan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata air mata. Kata air mata termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase air mata tangisan termasuk golongan frase nomina. Jika kata tangisan tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

b. Ming merasa senang karena dikenali, karena Ming merasa tubuhnya mekar, rambutnya seperti mawar putih , tawanya lebih lebar, dan susah menahan pipis seperti juga mudah menangis, gemetar, tapi tidak gusar ketika Sab memeluk tak sabar.

Frase mawar putih dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata mawar. Kata mawar termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase mawar putih termasuk golongan frase nomina. Jika kata putih tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

c. “Itu biasa, semua yang akan menikah dilanda keraguan,” kata Sab menghibur, sekaligus memberikan jalan keluar.

Frase jalan keluar dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata jalan. Kata jalan termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase jalan keluar termasuk golongan frase nomina. Jika kata keluar tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

d. Kalaupun selalu meneteskan air liur, itu bukan kemauannya.

Frase air liur dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata air. Kata air termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase air liur termasuk golongan frase nomina. Jika kata liur tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

e. Terharu karena dalam usianya sekarang ini masih ada pemuda lajang.

Frase pemuda lajang dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata pemuda. Kata pemuda termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase pemuda lajang termasuk golongan frase nomina. Jika kata lajang tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

f. Sab mengatakan bahwa kini ia memakai gigi palsu.

Frase gigi palsu dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata gigi. Kata gigi termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase gigi palsu termasuk golongan frase nomina. Jika kata palsu tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

g. Tak sampai diadili karena dalam tahanan ayah menderita stroke berat, tak bisa menggerakkan anggota badannya.

Frase stroke berat dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata stroke. Kata stroke termasuk golongan kata nomina. Karena itu, frase stroke berat termasuk golongan frase nomina. Jika kata berat tersebut tidak dituliskan maka tidak akan merubah makna dari klausa itu sendiri. Itulah yang dikatakan memiliki distribusi yang sama, jika salah satu unsur dihilangkan maka tidak menimbulkan makna baru.

Frasa Verba

Terdapat 6 kutipan yang terdapat frasa verba (kerja) yaitu sebagai berikut.

a. Ming terperangah, pipinya memerah, dan merasa jengah, napasnya sedikit terengah, lalu berubah haru.

Frasa sedikit terengah dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata terengah. Kata terengah termasuk golongan kata verba, karena itu frasa sedikit terengah juga termasuk golongan frasa v

b. Kalaupun selalu meneteskan air liur, itu bukan kemauannya.

Frasa selalu meneteskan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata meneteskan. Kata meneteskan termasuk golongan kata verba, karena itu frasa selalu meneteskan juga termasuk golongan frasa verba.

c. “Mereka abadi sebagai sepasang kekasih, ibarat sepasang rel yang selalu berdampingan, di mana pun berada”.

Frasa selalu berdampingan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata berdampingan. Kata berdampingan termasuk golongan kata verba, karena itu frasa selalu berdampingan juga termasuk golongan frasa verba.

d. Ia ingin membuktikkan rindu itu dalam pernikahan resmi.

Frasa ingin membuktikkan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata membuktikkan. Kata membuktikkan termasuk golongan kata verba, karena itu frasa ingin membuktikkan juga termasuk golongan frasa verba.

e. Lalu Sab banyak bertanya, menggagumi, dan mengatakan dirinya masih lajang.

Frasa banyak bertanya dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata bertanya. Kata bertanya termasuk golongan kata verba, karena itu frasa banyak bertanya juga termasuk golongan frasa verba.

f.  Ia baru akan menggeser saat matahari terbit.

Frasa akan menggeser dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata menggeser. Kata menggeser termasuk golongan kata verba, karena itu frasa akan menggeser juga termasuk golongan frasa verba.

Frasa Adjectiva

Terdapat 4 kutipan yang terdapat frasa adjectiva (sifat) yaitu sebagai berikut.

a. Sebab bagi Sab, berahi lebih aktif, lebih dinamis, lebih jelas tujuan dan maunya.

Frasa lebih dinamis dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata dinamis. Lalu sama halnya dengan Frasa lebih jelas dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata jelas. Kata dinamis dan kata jelas termasuk golongan kata adjectiva, karena itu frasa lebih dinamis dan frasa lebih jelas juga termasuk golongan frasa adjectiva.

b. Lalu Sab banyak bertanya, menggagumi, dan mengatakan dirinya masih lajang.

Frasa masih lajang dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata lajang. Kata lajang termasuk golongan kata adjectiva, karena itu frasa masih lajang juga termasuk golongan frasa adjectiva.

c. Ming merasa senang karena dikenali, karena Ming merasa tubuhnya mekar, rambutnya seperti mawar putih , tawanya lebih lebar, dan susah menahan pipis seperti juga mudah menangis, gemetar, tapi tidak gusar ketika Sab memeluk tak sabar.

Frasa lebih lebar dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata lebar. Lalu sama halnya dengan Frasa mudah menangis dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata menangis. Kata lebar dan kata menangis termasuk golongan kata adjectiva, karena itu frasa lebih lebar dan frasa mudah menangis juga termasuk golongan frasa adjectiva.

d.  Waktu itu secara mendadak hujan turun sangat deras.

Frasa sangat deras dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata deras. Kata deras termasuk golongan kata adjectiva, karena itu frasa sangat deras juga termasuk golongan frasa adjectiva.

Frasa Numeralia

Terdapat 5 kutipan yang terdapat frasa numeralia (bilangan) yaitu sebagai berikut.

a. Sepuluh tahun lalu, Sab tak begitu peduli siapa Ming. Tapi diam-diam ia berterima kasih pada Ming, karena ayahnya mengakhiri karier perkawinannya.

Frasa sepuluh tahun dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata sepuluh. Kata sepuluh termasuk golongan kata numeralia, karena itu frasa sepuluh tahun juga termasuk golongan frasa numeralia.

b. Baru tujuh bulan lalu mereka bertemu.

Frasa tujuh bulan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata tujuh. Kata tujuh termasuk golongan kata numeralia, karena itu frasa tujuh bulan juga termasuk golongan frasa numeralia.

c. Empat puluh tahun berlalu, kalau dihitung sejak pertama kali bertemu, mereka berdua kembali bertemu, di suatu reuni para pelatih senam.

Frasa empat puluh tahun dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata empat puluh. Kata empat puluh termasuk golongan kata numeralia, karena itu frasa empat puluh tahun juga termasuk golongan frasa numeralia.

d. Ming juga berharap bertemu, setidaknya setahun sekali, karenanya ia datang ke makam ayah.

Frasa setahun sekali dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata setahun. Kata setahun termasuk golongan kata numeralia, karena itu frasa setahun sekali juga termasuk golongan frasa numeralia.

e. Kalau kita bisa merasakan setiap detik adalah rindu, dan kita mengalami bersama, kenapa harus dihentikan?

Frasa setiap detik dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata setiap. Kata setiap termasuk golongan kata numeralia, karena itu frasa setiap detik juga termasuk golongan frasa numeralia.

Frasa Adverbia

Terdapat 3 kutipan yang terdapat frasa adverbia (keterangan) yaitu sebagai berikut.

a. Sab berakhir di rumah sakit dan diharuskan memakai pen dalam sambungan tulang-tulang kaki juga tangannya.

Kata rumah termasuk golongan kata adverbia, karena itu frase di rumah sakit juga termasuk golongan frase adverbia.

b. Saya membuat tempat senam, agar bisa bertemu denganmu.

Kata tempat termasuk golongan kata adverbia, karena itu frase tempat senam juga termasuk golongan frase adverbia.

c. Ming juga berharap bertemu, setidaknya setahun sekali, karenanya ia datang ke makam ayah Sab.

Kata makam termasuk golongan kata adverbia, karena itu frase ke makam juga termasuk golongan frase adverbia.

Frasa Preposisi

Terdapat 5 kutipan yang terdapat frasa preposisi (depan) yaitu sebagai berikut.

a. Ketika dihadirkan di pengadilan, banyak yang kasihan dan jijik melihat seorang lelaki yang selalu berliur.

Kata di termasuk golongan kata preposisi, karena itu frase di pengadilan juga termasuk golongan frase preposisi.

b. Karena selama ini ayahnya yang meninggalkan, meskipun tidak sepenuhnya meninggalkan.

Kata karena termasuk golongan kata preposisi, karena itu frase karena selama ini juga termasuk golongan frase preposisi.

c. Ia minta maaf, bersedia mengganti kerugian, dan mengatakan sedang tergesa karena harus menemui seorang penting di gedung

Kata di termasuk golongan kata preposisi, karena itu frase di gedung juga termasuk golongan frase preposisi.

d. Namun bagi Sab, rindu seperti tak ada artinya.

Kata namun termasuk golongan kata preposisi, karena itu frase namun bagi Sab juga termasuk golongan frase preposisi.

e. Dengan begini, rinduku padamu adalah rindu abadi.

Kata dengan termasuk golongan kata preposisi, karena itu frase dengan begini juga termasuk golongan frase preposisi.

Setelah menafsirkan dan menguraikan penelitian, ditemukan penggunaan frasa berdasarkan kategori kelas kata pada cerpen “Rindu Yang Terlalu”. Berikut tabel perhitungan persentase.

Tabel 2

Persentase Jumlah Temuan Frasa Berdasarkan Kategori Kelas Kata Pada Cerpen Rindu Yang Terlalu

No Verba Mental Jumlah Temuan Persentase

(100%)

1 Frasa Nomina 7 23%
2 Frasa Verba 6 20%
3 Frasa Adjectiva 4 13%
4 Frasa Numeralia 5 17%
5 Frasa Adverbia 3 10%
6 Frasa Preposisi 5 17%
Jumlah 30 100%

 

Berikut diagram rekapitulasi jumlah temuan berupa frasa berdasarkan kategori kelas kata pada cerpen “Rindu Yang Terlalu”.

SIMPULAN

Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi enam golongan, yaitu frase nomina, frase verba, frase adjectiva, frase numeralia, frase adverbia, dan frase preposisi.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh peneliti, maka dapat menarik simpulan bahwa penggunaan frasa berdasarkan kategori kelas kata pada cerpen “Rindu Yang Terlalu”, hal ini terbukti dari adanya temuan-temuan frasa yang berjumlah 30 data. Penggunaan frasa nomina sebanyak 7 temuan dengan persentase 23%, penggunaan frasa verba sebanyak 6 temuan dengan persentase 20%, penggunaan frasa adjectiva sebanyak 4 temuan dengan persentase 13%, penggunaan frasa numeralia sebanyak 5 temuan dengan persentase 17%, penggunaan frasa adverbia sebanyak 3 temuan dengan persentase 10%, dan penggunaan frasa preposisi sebanyak 5 temuan dengan persentase 17%.

Dengan adanya hasil analisis ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami ihwal seluruh isi analisis ini dan menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, penulis juga mengharapkan agar para peneliti lain dapat mengembangkan penelitian lanjutan mengenai frasa menjadi lebih baik lagi, agar hasil analisis lebih intensif.

KEPENULISAN

Penelitian ini ditulis sebagai bentuk tugas dalam mata kuliah Menulis ilmiah yang dibina oleh pak Irwan Siagian, M.Pd, di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Segala bentuk data diambil dari sumber yang sah dan bebas dari bentuk fabrikasi atau manipulasi data.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses berjalannya penelitian ini dari awal hingga akhir dan sampai menjadi tersusunnya artikel ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini dan orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa, sehingga artikel ini dapat terselesaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

45 Penulis Gramedia Pustaka Utama. 2014. CERITA CINTA INDONESIA Kumpulan Cerita Cinta Pendek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Izza, L. A., Armadani, S., Efendi, M. Z., Dita, A. P. R., & Kurniawan, R. (2018). ANALISIS FRASA PADA CERPEN “PELANGI SELEPAS SENJA” KARYA TANIYA NAYA. Konvergensi Sains & Humaniora1(1), 236-242.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono

Sari, J. N. (2015). Frase Keterangan Waktu Dalam Kumpulan Cerpen Mata Yang Enak Dipandang Karya Ahmad Tohari: Kajian Sintaksis (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *