ANAMBAS-ZONASIDIK.COM | Akibat kapal pengangkut hasil tangkapan ikan nelayan kecil di Kabupaten Kepulauan Anambas belum bisa beroperasi, ribuan nelayan terancam mata pencariannya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, hasil tangkapan nelayan kecil di Kabupaten Kepulauan Anambas selama ini diangkut menggunakan kapal tol laut yang dioperasikan oleh PT. Pelni dan KM. ABG Kepri milik swasta dengan tujuan Jakarta.
M. Yusuf Ketua Harian Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas mengatakan hampir mayoritas komoditas perikanan dari Anambas seperti ikan, cumi, sotong dan gurita beku dikirim ke Jakarta.
“Mayoritas hasil perikanan kita disini dikirim ke Jakarta menggunakan kapal angkutan KM. ABG Kepri sedangkan selebihnya diangkut dengan kapal tol laut, untuk kapal tol laut muatan sangat terbatas karena kita di Anambas hanya dapat 2-3 kontainer dengan kapasitas 17 ton,” kata M. Yusuf, Selasa (15/7/2025).
Saat ini, sambung Yusuf menjelaskan sudah hampir dua bulan kapal angkutan KM. ABG Kepri belum dapat beroperasi sehingga menimbulkan kekuatiran dikalangan nelayan dan pelaku usaha perikanan.
“Sampai sekarang sudah hampir dua bulan belum ada kepastian kapal angkutan tersebut akan masuk kembali di Anambas, sehingga dapat berdampak buruk terhadap perekonomian masyarakat terkhusus nelayan dan masyarakat pesisir,” jelasnya.
Menurutnya, dengan kondisi gudang penyimpanan ikan penuh akan berdampak terhentinya proses jual beli dari nelayan ke pelaku usaha perikanan.
Untuk merespon keluhan tersebut, Yusuf mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pengurus KM. ABG Kepri dan pemerintah.
“Ya, kita akan berkoordinasi kembali, kalau ini belum ada titik terang akan terjadi demo nelayan seperti di tahun 2023 lalu,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu pelaku usaha perikanan di Anambas, Muslimin mengatakan pihaknya mengirim komoditas perikanan menggunakan KM. ABG Kepri.
“Kita disini mengirim ke Jakarta dengan KM. ABG Kepri, kalau kapal tersebut tidak jalan, sedangkan kondisi penyimpanan kita sudah penuh, ya terpaksa kita setop dulu untuk membeli hasil tangkapan nelayan,” kata Mus.
Selain itu, Mus menjelaskan bahwa pada bulan April sampai Oktober adalah musim panen sehingga kepastian kapal angkutan untuk membawa komoditas perikanan dari Anambas ke Jakarta sangat vital.
“Kami sangat ketergantungan kepada kapal pengangkut, jika lambat masuk ke Anambas sudah otomatis biaya operasional kami jadi besar seperti sewa tempat penyimpanan maupun beban bayar listrik makin besar,” keluhnya.
Untuk itu, Mus berharap kepastian kapal angkutan yang membawa komoditas perikanan di Anambas dapat menjadi perhatian serius pemerintah.
Zonasidikcom mencoba melakukan konfirmasi kepada pihak ABG Kepri. Namun, hingga berita ini diterbitkan belum mendapatkan tanggapan. (Pin)