ANAMBAS-ZONASIDIK.COM | Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas, Dedi Syahputra meminta pemerintah melakukan diplomasi pasca terhentinya ekspor ikan hidup ke Hongkong. Pasalnya negara tujuan menghentikan permintaan.
“Kita sudah menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah, dengan harapan tentu ya agar dapat dicarikan solusi segera, bisa saja dengan melakukan diplomasi atau membuka pasar baru ke negara lainnya seperti Taiwan, Korea, Singapore bahkan Uni Eropa selain negara di Asia Tenggara,” kata Dedi, Senin (26/5/2025).
Selain berkoordinasi dengan pemerintah, pihaknya sudah berkomunikasi dengan pelaku usaha langsung terkait terhentinya ekspor ikan hidup ke Hongkong.
“Menurut pelaku usaha tersebut setelah kembali menemui pembeli di Hongkong, mereka belum dapat alasan resmi dari pemerintah China dan bahkan belum bisa memastikan ini akan berlangsung sampai kapan,” ujar Dedi.
Dikatakan Dedi, penyebab pastinya terhenti ekspor ikan hidup ke Hongkong belum diketahui, mungkin saja ini terkait kebijakan luar negeri Negara China.
“Kemungkinan ini imbas dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Sehingga China sedang melakukan pengetatan fiskal, berdampak ke kita,” katanya.
Lanjut Dedi mengatakan komoditas utama yang mendominasi ekspor ikan hidup di Kabupaten Kepulauan Anambas seperti ikan napoleon dan kerapu, sehingga terhentinya ekspor tersebut berdampak besar pada perekonomian masyarakat pesisir.
“Sangat berdampak kepada masyarakat pesisir terkhusus nelayan budidaya dan pelaku usaha perikanan yang selama ini bergantung pada hasil ekspor ke Hongkong. Bayangkan sekali masuk kapal Hongkong uang yang berputar dari aktifitas beli tersebut bisa mencapai 2-3 miliar bahkan lebih,” jelasnya.
Lanjut Dedi, kondisi sekarang para nelayan maupun pelaku usaha budidaya sangat mengeluhkan ketidakpastian nasib mereka.
“Setiap harinya mereka (pelaku budidaya) harus memberi pakan, kalau tidak ikan didalam kem (keramba) akan mati, disisi lain biaya pakan tersebut tidaklah murah sedangkan ekspor terhenti, tentu ini yang menjadi keresahan dan kerugian mereka,” tutup Dedi. (Pin)