Stok Solar DiKurangi, Nelayan Anambas Mulai Menjerit!

Sekretaris HNSI Kabupaten Kepulauan Anambas, Dedi Syahputra saat berdialog dengan salah seorang nelayan di Kecamatan Siantan.

ANAMBAS-ZONASIDIK.COM| Kelangkaan BBM jenis solar dikeluhkan nelayan di Kabupaten Kepulauan Anambas, kelangkaan solar mengakibatkan sebagian nelayan tidak melaut.

Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas, Dedi Syahputra mengatakan, kelangkaan jenis solar akibat pengurangan kuota solar subsidi yang dilakukan pemerintah lewat Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) dan bertambahnya jumlah nelayan tangkap yang ada.

“Kekurangan kouta BBM jenis solar di tiga SPBU di Kepulauan Anambas yaitu SPBU Kompak PT. Air Sena Jaya, SPBU-N TYPE A Kecamatan Jemaja dan SPBU Kompak PT. Putra Bersaudara di Kecamatan Siantan mencapai 30 persen dari total kouta sebelumya 445 kilo liter (KL), sehingga ini berdampak luas kepada nelayan Anambas,” kata Dedi kepada awak media, Selasa (29/03/2022).

Bacaan Lainnya

“Kelangkaan ini akan berdampak besar kepada nelayan di Kabupaten Kepulauan Anambas, dimana akan terancam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya jika tidak melaut,” sambungnya.

Menurut Dedi, selain faktor pengurangan kouta solar yang dikurangi pemerintah, faktor lain adalah jumlah nelayan tangkap terus bertambah serta penyaluran solar subisidi yang masih belum tepat sasaran.

“Nelayan tangkap di Anambas terus bertambah terkhusus nelayan dengan alat penangkapan ikan bagan apung, ini yang menjadi persoalan dari dulu, karena memang kouta solar subsidi belum dikurangi saja kita sudah kekurangan” jelasnya.

Lanjut Dedi, disisi lainnya, banyak subsidi solar nelayan juga di pakai oleh pihak-pihak yang seharusnya tidak menggunakan kouta subsidi solar tersebut.

Oleh karenanya, Dedi meminta pemerintah daerah untuk serius mencari solusi baik jangka pendek dan jangka panjang untuk pemenuhan kebutuhan BBM jenis solar di Kabupaten kepulauan Anambas.

“Kita berharap pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas cepat bergerak untuk menemui pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan pihak Pertamina agar kouta kembali normal atau kouta bertambah untuk menyelesaikan problem yang ada,” harapnya.

Akibat pengurangan ini, Dedi menuturkan nelayan di beberapa kecamatan sudah tidak bisa melaut baik itu nelayan lepas pantai dan nelayan pesisir khususnya nelayan dengan alat penangkapan ikan bagan apung.

“Untuk nelayan lepas pantai mereka membutuhkan paling sedikit 200-300 liter solar sekali melaut dalam satu bulan mereka bisa tiga kali melaut, tetapi sekarang sudah dibatasi hanya 150 liter solar selama 1 bulan, itu jauh dari kata cukup,”

“Nelayan pesisir dengan alat penangkapan ikan bagan apung juga begitu, mereka hanya dibolehkan untuk membeli 135 liter solar selama sebulan, sedangkan kebutuhan mereka dalam satu bulan beroperasi minimal 770 liter solar,” tuturnya. (Pin)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *