ANAMBAS-ZONASIDIK.COM| Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas, Dedi Syahputra meminta pemerintah daerah memperkuat pengawasan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar subsidi.
Sebab, Dedi mengatakan, kelangkaan solar subsidi untuk nelayan salah satu penyebabnya karena pendistribusian solar subsidi kerap tidak tepat sasaran.
“kami harapkan pemangku kebijakan di Kabupaten Kepulauan Anambas untuk melakukan investigasi tempat-tempat pengisian solar subsidi, baik itu di SPBU maupun kepada pengencer di desa-desa, jangan sampai solar subisidi dimanfaatkan oleh oknum yang tidak berkepentingan sebab subsidi tersebut peruntukkannya untuk nelayan,” kata Dedi lulusan ilmu pemerintahan tersebut kepada awak media, Sabtu (2/4/2022).
Selain itu, Dedi mengatakan perlunya dilakukan pengawasan secara Komprehensif dan berkelanjutan oleh stakeholder terkait baik itu oleh pengawas internal maupun eksternal.
Lanjut dia, juga meminta pemerintah melibatkan nelayan sebagai salah satu unsur pengawas di lapangan.
“Pengawasan menjadi salah satu kunci untuk meminimalisir penyalahgunaan solar bersubsidi,” tegasnya.
Dedi melanjutkan, banyak informasi yang didapatkannya ada SPBU atau pengencer solar subsidi yang membiarkan solar subsidi dinikmati oleh kelompok masyarakat yang seharusnya menggunakan BBM dengan harga normal.
“Yang jadi masalah apakah mulai tingkat SPBU maupun pengencer yang ada di Anambas ini hanya mendistribusikan kepada nelayan-nelayan,” tanya dia.
“Banyak anggota HNSI melaporkan bahwa solar subsidi dipakai oleh alat-alat berat untuk pembangunan-pembangunan infrastruktur dan lain-lain, belum lagi disalahgunakan oleh kapal-kapal ukuran 30 GT keatas. Padahal solar subsidi itu jatah untuk nelayan,” kata Dia.
Dedi juga mendesak pemerintah menambah SPBU di beberapa kecamatan, yang saat ini jumlahnya masih belum mencukupi.
Ia menuturkan, kondisi sekarang banyak nelayan mengeluhkan kesulitan mendapatkan solar subsidi di Kabupaten Kepulauan Anambas. Alhasil, sejumlah nelayan gagal melaut karena tidak memiliki bahan bakar.
“Tiga minggu terakhir ini nelayan kesulitan mendapatkan solar bersubsidi, sehingga beberapa teman teman nelayan tidak turun melaut,” ungkapnya.
Dedi menyayangkan, kondisi seperti itu terjadi saat ini. Padahal, kata dia, hasil tangkapan nelayan sedang baik. Terutama, karena memasuki musim timur, cuaca sangat bersahabat untuk nelayan.
“Kalau sekarang nelayan sudah banyak turun melaut, karena sebelumnya kita baru saja melewati musim utara, dimana cuaca tidak bersahabat dengan nelayan, sehingga sebelumnya nelayan banyak menghabiskan waktu di darat,” tutup dia. (Pin)